Minggu, 13 Desember 2020

ARTI DAN MAKNA MANTRAM KRAMANING SEMBAH

Seperti yang kita ketahui bersama Kramaning Sembah merupakan cara umat Hindu, khususnya umat Hindu di Bali dalam melakukan persembahyangan. Kramaning Sembah Terdiri dari kata Krama atau Kri yang memiliki arti aktivitas, sedangkan Sembah memiliki arti memberikan pemujaan kepada Beliau yang kita hormati. 
Kramaning Sembah merupakan salah satu bentuk komunikasi antara yang melakukan Kramaning Sembah dengan Tuhan, yaitu Tuhan dalam aspek Sadhasiwa atau Tuhan yang berkepribadian seperti: Sang Hyang Surya atau Siwa Aditya dan juga Dewa yang diutamakan atau dipuja dalam sebuah tempat pelaksanaan yadnya.
Namun bagaimanapun juga tujuannya akhirnya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebab semua aspek Tuhan dalam bentuk Sadhasiwa merupakan manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berikut adalah urutan dari Kramaning Sembah:
1. Sembah Puyung
Mantram: OṀ Ātmā Tattvȃtmā śuddha māṁ svāhā
Ātmā merupakan percikan Tuhan yang paling kecil yang ada pada setiap mahluk.
Tattvȃtmā artinya hakekat kehidupan
Śuddha artinya suci
māṁ artinya diri hamba
Jadi OṀ Ātmā Tattvȃtmā śuddha māṁ svāhā dapat diartikan “Ya Tuhan, Sucikanlah Diri Hamba” atau “Ya Tuhan, Sucikanlah Hakekat Kehidupan Hamba”.

Dalam mantram tersebut mengandung arti memohon kepada Tuhan agar Atman kita disucikan, karena Atman-lah yang akan berkomunikasi dengan yang kita disembah. Selain itu Sembah Puyung juga bermakna mengosongkan diri (puyung), dalam artian menghilangkan diri dari sifat ego, sifat mementigkan diri sendiri, sifat penuh keinginan, dsb, sebab kita akan menuju Tuhan.

2. Sembah Upasaksi Kepada Surya/Siwa Aditya
Mantram: 
OṀ Ādityasya paraṁ Jyoti
“Ya Tuhan kemegahan yang agung putra Aditi”
Rakta-teja namo ‘stu te
“Beliau dengan kilauan merah, sembah kepada-Mu”
Śveta-paṅkaja-madhyastha
“Beliau yang berdiri di tengah sekuntum bunga teratai putih”
Bhāskarāya Namo ‘stu te
“Sembah kehadapan-Mu, penyebar kesemarakan”

OṀ Praṇamya Bhāskaraṁ devaṁ
“Sembah sujud kehadapan Dewata yang menciptakan kemegahan”
Sarva-kleśa-vināśanam
“Semoga sirna semua penderitaan”
Praṇamyȃditya-sevȃrthaṁ
“Sembah sujud bhakti kehadapan Aditya”
Bhukti-mukti-vara-pradam
“Yang melimpahkan kenikmatan dan kebebasan sebagai anugrah”

OṀ HRĀṀ HRĪṀ SAḤ Parama-Śivā-Ādityāya Namaḥ Svāhā
“Sembah OṀ HRĀṀ HRĪṀ SAḤ kepada Aditya Sang Hyang Siwa yang teragung”

Surya dalam kehidupan kita merupakan sumber energi dan juga saksi alam semesta, sembah kepada Surya/Siwa Aditya merupakan penyembahan terhadap Saguna Brahman atau manifestasi Tuhan sebagai Sang Hyang Surya. Selain itu juga merupakan bentuk terima kasih kita kepada Tuhan karena telah menghadirkan sinar suci-Nya dalam kehidupan kita.

3. Sembah kepada aspek Tuhan yang berstana di tempat pelaksanaan persembahyangan
Mantram:
OṀ Namo deva adhistanāya
“Ya Tuhan yang bersemayam di tempat utama”
Sarva-vyāpī vai śivāya
“Kepada Siwa yang sesungguhnya ada dimana-mana”
Padmȃsana eka pratiṣṭhāya
“Kepada sekuruh Dewa yang bersemayam dan duduk di bunga tratai yang menjadi satu”
Ardha-nārȋśvarīya namo namaḥ svāhā
“Kepada Ardha-nārȋśvarīya hamba berikan penghormatan”

Dari mantram tersebut jelas terlihat yang dipuja adalah aspek Tuhan yang berstana di tempat pelaksanaan persembahyangan, dengan kata lain aspek Tuhan yang diutamakan kehadirnnya sesuai dengan konteks persembahyangan itu sendiri.

4. Sembah kepada aspek Tuhan sebagai pemberi anugrah
Mantram:
OṀ Anugraha-mano-hara
“Ya Tuhan yang menggembirakan di dalam anugrah-Mu”
Deva-dattȃnugrahaka
“Dengan anugrah-Mu yang diberikan melalui para Dewa”
Arcanaṁ sarva-pūjanaṁ
“Dengan pemujaan dan semua jenis bhakti”
Namaḥ sarwȃnugrahaka
“Sembah kehadapan-Mu yang memberikan segala macam anugrah”

Deva-devī-mahā-siddhi
“Kekuasaan mujizat yang Agung dari para Dewa-Dewi”
Yajñȃṅga nirmalȃtmaka
“Raga sebagai Yadnya/pengorbanan merupakan intisari yang murni”
Lakṣmi siddhis ca dīrghȃyuḥ
“Semoga keberuntungan, kesempurnaan, umur panjang.
Nirvighna-sukha-vṛddhiś ca
“Dan kemakmuran dalam kebahagiaan yang terus didapat sebagai hasilnya”

OṀ GRĪṀ anugrahȃrcanāya namo namaḥ svāhā
“OṀ GRĪṀ, sembah, sembah dan sambutan kepada pemujaan Anugrah”
OṀ GRĪṀ anugraha-mano-harāya namo namaḥ svāhā
“OṀ GRĪṀ, sembah, sembah dan sambutan kepada-Nya yang mengembirakan di dalam Anugrah”

Salah satu tujuan dari Sembah/Pemujaan ini adalah agar Tuhan di Bhuwana Agung menyatu dengan Tuhan di Bhuwana Alit, yaitu menjadikan Tuhan ada di dalam diri kita. Anugrah yang termaksud dalam mantram adalah kesucian diri, tubuh kita persembahkan sebagai yadnya dengan harapan Tuhan akan mensucikan Atman kita, sehingga tumbuh berkembanglah sifat Daiwi Sampad dalam diri yang menjadi dasar dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang positif, dengan harapan dapat menciptakan Karma baik dalam diri.

5. Sembah Puyung
Mantram: 
OṀ Deva Sūkṣma Paramȃcintyāya Namaḥ Svāhā
“Ya Tuhan, sembah hormat kepada Dewa yang maha gaib dan yang tak terpikirkan yang maha tinggi”
OṀ Santih Santih Santih OṀ
“Semoga damai dalam karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa”.

Sūkṣma dalam hal ini bukan berarti terima kasih, Sūkṣma termaksud adalah Bahasa Sansekerta yang memiliki makna Maha Gaib.
Kalua kita amati proses Kramaning Sembah adalah dari kosong (puyung) kembali ke kosong (puyung), hal ini merupakan simbol perjalanan manusia dari kosong kembali ke kosong. Manusia terlahir telanjang dan tidak membawa benda apa-apa dan pada akhirnya akan kembali dengan kosong atau tanpa benda apapun, namun hanya satu yang melekat adalah Karma Wesana (hasil perbuatan). Seolah-olah setiap melakukan Kramaning Sembah kita diingatkan bahwa pada saatnya nanti kita akan kembali tanpa membawa benda apapun selain Karma Wesana (hasil perbuatan).
Oleh karena itu di dalam Kramaning Sembah anugrah yang dimohonkan bukanlah dalam bentuk anugrah kekayaan ataupun harta benda, melainkan anugrah berupa perbersihan diri yang menjadikan Tuhan ada dalam diri kita, sehingga segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita menjadi positif dan pada akhirnya terkumpulah Karma baik dalam diri yang menjadi bekal sang Atman pada akhirnya.

Salam Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar