Rabu, 21 Juli 2021

MAKNA PENAMPAHAN GALUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUGU KARANG ATAU SEDAHAN KARANG

Penampahan Galungan tentunya sangat erat kaitannya dengan Hari Raya Galungan, yaitu tepat sehari sebelum galungan pada hari selasa atau anggara wuku dungulan.

Apa sebenarnya makna dari Penampahan Galungan?

Penampahan Galungan merupakan hari turunnya Sang Kala Tiga, yaitu: Kala Galungan, Kala Dungulan, dan Kala Amangkurat yang kemudian berstana di Penunggun Karang/Sedahan Karang.

Kenapa di Penunggun Karang/Sedahan Karang?

Penunggun Karang/Sedahan Karang merupakan tempat berstananya Sang Kala Raksa, artinya segala yang bersifat Bhuta dan Kala berstana di Pelinggih Kala Raksa yang sering disebut Penunggun Karang atau Sedahan Karang.

Dalam kaitan di atas maka Sang Kala Tiga turun dan berstana di Penunggun Karang/Sedahan Karang. Dan pada saat Penampahan Galungan dibuatkan saji untuk Sang Kala Tiga.

Itulah cikal bakal mengapa pada saat Penampahan Galungan dilakukan Upacara pada Penunggun Karang/Sedahan Karang. Jadi bukan sehubungan dengan piodalan Penunggun Karang/Sedahan Karang, melainkan sehubungan dengan turunnya Sang Kala Tiga pada saat Penampahan Galungan.

Tujuannya tiada lain adalah untuk nyomya atau menetralisir segala hal negatif dari Sang Kala Tiga, sehingga terhindar dari pengaruh negatif Sang Kala Tiga di dalam menyambut dan merayakan hari raya Galungan.

Penampahan Galungan berasal dari kata “tampa/sangga/sanggra”, Yang bermakna “penyanggra/penyambut Hari Raya Galungan. Karena pada hari Penampahan Galungan dilakukan “nampah”, maka lebih populer disebut dengan Penampahan Galungan.

Penampahan yaitu berasal dari kata tampah atau sembelih artinya bahwa pada hari ini manusia melakukan pertempuran melawan Adharma, atau untuk memenangkan diri dari pengaruh negatif Sang Kala Tiga dengan upacara pokok yaitu Mabyakala yaitu membayar kepada Bhuta Kala.

Makna sesungguhnya dari hari Penampahan Galungan ini adalah membunuh sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri, bukan semata-mata membunuh hewan korban, karena musuh sebenarnya ada di dalam diri, termasuk sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam diri.

Ini sesuai dengan yang tertuang dalam Lontar Sunarigama yaitu: "Pamyakala kala malaradan" artinya membayar hutang kepada ruang dan waktu. Bhuta = ruang, Kala = waktu, jadi Bhuta Kala adalah ruang dan waktu, jadi harus diharmoniskan karena kita hidup diantara ruang dan waktu, termasuk Atma kita hidup diantara ruang dan waktu jasmani kita.

Salam Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar