Rabu, 21 Juli 2021

FUNGSI DAN MAKNA BANTEN BYAKALA ATAU BYAKAONAN BESERTA MAKNA BAGIAN-BAGIANNYA

Banten Byakala atau Byakaonan atau sering juga disebut Bayekala atau Bayekaonan mungkin sudah tidak asing lagi dikalangan umat Hindu, khususnya umat Hindu di Bali. Banten Byakala atau Byakaonan merupakan Banten yang difungsikan sebagai pangresikan (pembersihan), dimana Banten Byakala/Byakaonan ini tergolong dalam bentuk pembersihan secara lahiriah.

Banten Byakala dan Byakaonan pada prinsipnya memiliki fungsi sama yaitu sebagai simbol pembersihan, akan tetapi peruntukannya berbeda. Dimana Banten Byakala diperuntukkan untuk manusia sedangkan Banten Byakaonan untuk Dewata atau Palinggih dan tempat suci.

Perbedaan antara Banten Byakala dengan Banten Byakaonan terletak pada eteh-eteh (sarana) pabersihannya, dimana pada Banten Byakala menggunakan isuh-isuh sedangkan pada Banten Byakaonan menggunakan payasan pabersihan.

Banten Byakala/Byakaonan ini terdiri dari beberapa unsur bagian yang secara keseluruhan melambangkan suatu proses penyucian yang bersifat lahiriah, adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:

1. Banten Byakala/Byakaonan ini dibuat dengan alas menggunakan ayakan (sidi), penggunaan ayakan (sidi) ini melambangkan tujuan banten Byakala/Buakaonan ini adalah untuk menyaring wujud yang kasar menjadi lebih halus, yaitu untuk meningkatkan sifat-sifat Bhuta Kala dari yang kasar menjadi lebih halus.

2. Di atas ayakan (sidi) diletakan Kulit Sesayut yang dibuat dari daun kelapa yang berwarna hijau yang sering disebut Selepan dan bentuknya bundar, yang memiliki makna menuju kerahayuan. Dengan Kulit Sesayut itu telah tergambar bahwa tujuan Banten Byakala itu adalah merubah keadaaan dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari yang kotor menjadi bersih dan suci. 

3. Di dalam Banten Byakala/Byakaonan juga terdapat Kulit Peras yang terbuat dari Pandan Berduri atau Pandan Wong. Peras dalam Lontar Yadnya Prakerti artinya Prasidha, Prasidha artinya sukses. Pandan Berduri atau Pandan Wong adalah lambang senjata untuk melindungi kebenaran yang diperjuangkan. Jadi Kulit Peras yang terdapat dalam Banten Byakala/Byakaonan memiliki makna adanya harapan kesuksesan dan sekaligus mempertahankan kesuksesan tersebut, tentunya kesuksesan yang dimaksud adalah kesuksesan dalam pembersihan atau merubah hal yang tidak baik menjadi lebih baik ataupun membersihkan dari yang kotor menjadi bersih dan suci.

4. Banten Byakala/Byakaonan juga dilengkai dengan Nasi Metajuh dan Nasi Metimpuh. Dibuat dengan Nasi, garam dan lauk pauk lainya,  dibungkus dengan daun pisang sedemikian rupa sehingga berbentuk segi empat (Nasi Metajuh) dan Segi Tiga (Nasi Metimpuh). Keduanya merupakan lambang isi alam yang dibutuhkan oleh manusia sehari-hari, sedangkan daun pisang pembungkusnya merupakan simbul perlindungan. Isi alam tersebut patut dilindungi dari pencemaran Bhuta Kala dan daun pisang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak kekuatan negatif.

5. Banten Byakala/Byakaonan juga menggunakaan Lis Alit atau Lis Bebuu, Lis Bebuu ini lambang alam dalam keadaan seimbang. Menurut Mantram Lis Bebuu, tujuan pernggunaan Lis ini adalah untuk menghilangkan Dasa Mala, yaitu sepuluh perbuatan yang kotor atau yang tidak layak dilakukan.

6. Dalam Banten Byakala/Byakaonan digunakan juga Sampian Padma yang merupakan lambang senjata Dewa Siwa sebagai pembasmi hal-hal yang bersifat negatif seperti Dasa Mala tersebut.

Secara keseluruhan harapan dari dibuatnya Banten Byakala/Byakaonan adalah untuk dapat mewujudkan kesucian secara sekala dan pembersihan dari segala kekotoran lahiriah sehingga tercipta keharmonisan, keadaan yang harmonis itulah keadaan yang dianggap bersih untuk ditingkatkan menuju kesucian Niskala.

Bersih dalam hal ini tentunya sesuai dengan posisi, proporsi dan fungsi masing-masing, karena keadaan itulah yang akan melahirkan keadaan yang harmonis. Sebagai contohnya: di pekarangan rumah meskipun ada sampah, sepanjang semuanya itu berada pada tempatnya sehingga posisi, proporsi dan fungsi berjalan sebagaimana mestinya, hal yang seperti itulah yang disebut bersih.

Salam Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar