KESADARAN YADNYA DAN KONSEP YADNYA

Ketika mendengar kata Yadnya, apa yang terlintas dalam benak anda? Apakah “Gede Aturan Maka Gede Pinunas?” atau Besar yang kita haturkan maka besar pula yang akan kita dapat?

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Kesadaran Yadnya, ada hal penting yang perlu diketahui ketika kita hendak melaksanakan Upacara Yadnya, yaitu mengenai konsep Yadnya itu sendiri adalah sebagai berikut:

“Agung ikang Upakara/Banten alah dening Puja Mantra” artinya: Seberapa besarpun Upakara/Banten yang dibuat tidak akan sempurna tanpa Puja Mantra, dalam hal ini Puja Mantra berfungsi sebagai pelengkap, sebab dalam membuat Upakara/Banten bisa saja ada kekurangan atau kelebihan dalam prosesnya pembuatannya, oleh karena itu dalam pelaksanaan Upacara Yadnya diperlukan Pemangku untuk nganteb atau Ida Sulinggih sebagai pemuput Upacara, terutama untuk upacara menengah keatas dimana menggunakan cukup banyak Upakara/Banten.

“Agung ikang Puja Mantra, alah dening Jnana” artinya: seberapa hebat apapun dalam mengucapkan Puja Mantra, akan sia-sia jika tidak diimbangi Jnana/Kesiddhian.

“Agung ikang Jnana, alah dening Bhakti” artinya: Upakara/Banten, Puja Mantra, dan Jnana adalah hal penting, namun ketika kita hendak melaksanakan Upacara Yadnya hal terpenting adalah rasa Bhakti yang didasarkan atah ketulus-iklasan dalam menjalankannya.

Yajna berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata "Yaj" yang artinya memuja atau memberi penghormatan, juga dapat diartikan mempersembahkan atau bertindak sebagai perantara. Dimana Yajna harus dilandaskan dengan ketulusan dan keiklasan demi kesejahteraan dan kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Umat Hindu memahami Yajna sebagai sebuah kewajiban yang wajib dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kewajiban ini bersumber dari keyakinan bahwa alam semesta dan isinya, baik itu manusia dan mahluk hidup lainnya diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan Yajna.

Seperti yang tertuang dalam Bhagavad Gita III.10

Sahayajnah prajah stristva

Puro vacha prajapatih

Anena prasavisya dhivam

Esa vo stvishta kamadhuk

Arti:

Hyang Widhi (Prajapati) menciptakan manusia dengan Yajna, dan bersabda: dengan Yajna engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan keinginanmu.


Selain itu Yajna juga dilandasi oleh rasa bhakti seperti yang tertuang dalam Bhagavad Gita III.11

Devan bhavayata nena

Te deva bhavayantuvah

Parasparambhavayantah

Sreyah paramavapsyatha

Arti:

Dengan Yajna, kamu berbhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi dan dengan ini pula Ida Sang Hyang Widhi memelihara dan mengasihimu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

Yajna merupakan suatu perbuatan suci yang didasarkan atas cinta kasih, pengabdian tulus iklas, dan tanpa pamrih. Dengan demikian maka salah besar jika ada yang berfikiran dengan melakukan Yajna besar maka akan memperoleh timbal balik yang lebih besar, salah jika berfikir dengan Yajna maka segala permohonan akan dikabulkan.

Yajna adalah bentuk puji syukur kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka konsep "Gede Aturan Maka Gede Pinunas" adalah kesalahan fatal. Karena Yajna adalah bentuk puji syukur, maka sudah seharusnya disesuaikan dengan kemampuan, jangan sampai dengan berYajna malahan mendapatkan masalah baru.

Konsep Yajna yang paling baik adalah "Genep Tandingan, Kuang Surudan" dimana kalau melakukan Yajna cukup memenuhi segala yang bersifat wajib, dan segala hal yang bersifat tambahan atau yang bersifat "Keteben Laku" boleh tidak dilakukan atau dihilangkan, kembali lagi kepada kemampuan masing-masing yang melakukan Yajna.

Jangan sampai melakukan Yajna besar-besaran dengan jalan berhutang, sebab dalam Yajna sudah ada tingkatan yang dapat diambil disesuaikan dengan kemampuan (Nista, Madya, Utama).

Jadi kalau berYajna ambilah tingkat Yajna yang sesuai kemampuan, hilangkan rasa malu dan ego sebab hal itu dapat menghilangkan makna Yajna itu sendiri.

Bersembahyang juga merupakan bentuk Yajna yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan setiap hari, jadi sembahyanglah dengan iklas sebagai rasa bhakti dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi.

Hal terpenting berkaitan dengan Yajna adalah kita harus tahu mengapa dan apa tujuan dari Yajna yang kita lakukan, dalam Manava Dharma Sastra III.97 sudah dijelaskan sebagai berikut:

Nacyanti nawyah kawyani naranama wijanatam, bhasmi bhutesu wipresu mohad dattani datrbhih.

Arti:

Persembahan yang dilakukan tanpa diketahui maknanya adalah sia-sia, sama dengan mempersembahkan kebodohannya dan persembahan tersebut tidak ada bedanya dengan segenggam abu.

Salam Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar